CIEE PPKM LEVEL 4 DIPERPANJANG

Selasa, 11 Januari 2022

Esai mengenai Tripusat Pendidikan

 



KONSEP TRIPUSAT PENDIDIKAN MENJADI SARANA YANG TEPAT UNTUK MENANAMKAN ETIKA DAN KARAKTER

 

Aqsha Muhammad Riski

Universitas Negeri Yogyakarta

 

aqshamuhammad.2021@student.uny.ac.id

PENDAHULUAN

            Bagi manusia, pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang. Sebab pendidikan merupakan usaha yang secara sadar dan terkonsep untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, dengan harapan peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya masing-masing untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang baik, serta memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya dan kehidupan bermasyarakat (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Tanpa pendidikan umat manusia akan menghadapi yang namanya keterpurukan karena tantangan zaman yang kian membesar. Ditambah akan terhambatnya perkembangan potensi dalam diri yang sebenarnya dapat dimaksimalkan melalui pendidikan yang sesuai.

             Di Indonesia sendiri, pendidikan sudah menjadi hal yang diwajibkan bagi seluruh warga negaranya. Buktinya ada pada pasal 31 UUD 1945 setelah amandemen yang menyatakan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Hal itu jelas diturunkan pada sebuah peraturan yang menyatakan wajib belajar 12 tahun pada anak (PP No. 47 tahun 2008). Walaupun begitu, peraturan tersebut masih menjadi sebuah wacana yang jauh dari kenyataan. Disebabkan oleh banyaknya faktor yang salah satunya adalah kurang meratanya sistem pendidikan di Indonesia.

            Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah pilar utama dalam melakukan nasional. Menurut menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati, kunci sebuah pembangunan nasional adalah sumber daya manusia yang baik (Republika, 2021-Agustus). Dan asal dari sumber daya manusia yang baik tersebut ialah pendidikan (Ningrum, 2016). Jadi sudah semestinya Indonesia mengembangkan suatu sistem pendidikan yang dapat menampung seluruh warga negaranya demi memajukan pembangunan nasional negara sendiri.

            Ada banyak sekali terobosan-terobosan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan adalah penuhnya interaksi dari semua unsur pendidikan yang berkesinambungan menuju tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Mastuhu, 1994). Salah satu dari yang terbaru dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah konsep merdeka belajar yang dicetuskan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim. Beliau menjelaskan bahwa sistem ini adalah sebuah kebebasan dalam memperoleh pendidikan dari setiap pelajar (Merdeka, 2021-Juni). Bagaimana mereka boleh memilih menjadi apa yang mereka suka dengan mempelajari hal-hal yang sebenarnya tidak ada dalam jurusan yang mereka ambil. Hal yang melatarbelakangi sudah jelas dikarenakan data yang menunjukkan 80 persen mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya (Kompas, 2021-November).

            Meskipun demikian, pendidikan di Indonesia masih tidak cukup jelas akan mengarah ke mana (Sujarwo, 2013). Menurut survei dari Political and Economic risk Consultant (PERC), tingkat kualitas pendidikan di negara Indonesia berada pada urutan terakhir di kawasan Asia. Survei lain menurut Programme for Internasional Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 menyatakan bahwa dalam pendidikan Indonesia dalam cangkupan literasi berada di urutan ke-74 dari 79 negara yang disurvei (Ayo menulis, 2020-Oktober).

PEMBAHASAN

Tripusat Indonesia sebagai sistem pendidikan

            Konsep tripusat Indonesia yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara menjadi sebuah pandangan ideal dari sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Beliau menyatakan bahwa lingkungan pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat bergerak selaras saling berkesinambungan dalam proses pemenuhan tujuan pendidikan (Fudyartanta, 1990). Ketiga lingkungan pembelajaran tersebut haruslah membentuk harmoni yang baik sehingga akan menjadikan peserta didik dapat berkembang perilaku dan kepribadiannya secara maksimal.

1.       Pendidikan dalam lingkungan keluarga

            Keluarga adalah sebuah kelompok kecil atas dua orang atau lebih yang bertempat tinggal bersama yang terdapat hubungan darah, perkawinan, ataupun adopsi (Vembriarto, 1990). Lingkungan keluarga adalah yang paling terpenting dari 2 lingkungan lainnya, sebab keluarga adalah tempat yang murni dari dasar-dasar sosialnya. Juga dikarenakan keluarga adalah lingkungan pertama yang dihadapi anak yang bersih sebelum akhirnya menuju tingkat selanjutnya. Pandangan ini didasari oleh tuturan Ki Hadjar Dewantara, orang tua itu tergabung dari berbagai golongan yang bersifat baik yang mendapatkan hak penuh atas anak-anak untuk mengatur sifat, bentuk, isi, ataupun jenis pendidikannya (Dewantara, 1957).

            Dalam lingkungan ini, keluarga pastilah mengajarkan cara bersosialisasi atau berinteraksi kepada anak-anak. Hal ini memiliki maksud agar anak di masa yang akan datang dapat menjadi anggota masyarakat yang baik dan memiliki kepribadian yang bertanggung jawab atas segala hal yang mereka miliki (Ahmadi, 2004). Di lain hal, orang tua yang mengasuh haruslah bersikap logis dalam membedakan mana yang benar dan yang buruk pada anak. Termasuk pada benda-benda, perilaku, kepribadian, dan sebagainya. Hal itu diterapkan dengan menjunjung sikap etis yang menjadi moral pribadi perorangan dalam konteks sosial yang menentukan hal yang benar dan yang salah (Wilardjo, 2011).

2.       Pendidikan dalam lingkungan satuan pendidikan

            Pendidikan dalam sekolah pendidikan yang diperoleh oleh anak didik secara terkonsep, sistematis, hirarki, dengan mengikuti standar yang jelas dan kaku (Hidayati, 2016). Dalam lingkungan ini yang paling memengaruhi perkembangan karakter anak adalah seorang guru. Guru dalam pendidikan sekolah memiliki peran untuk memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dasar, yang semuanya berdasarkan agama dan ilmu budi pekerti luhur (Kurniawan, 2015).

            Sebenarnya, dalam lingkungan ini juga perlu dikontrol atas pergaulan anak didiknya. Seperti halnya sebuah kertas bersih, anak juga seperti itu. kadang anak mudah dipengaruhi oleh teman sebayanya, karena di sekolah anak akan bertemu dengan orang yang berumur sama dengannya. Baik misalnya kalau temannya itu berbudi pekerti luhur, bagaimana bila sebaiknya? Tentu hanya akan mengarahkan anak ke perilaku yang kurang benar. Sekali lagi, adalah sebagai kewajiban guru untuk mengakomodasi hak anak didiknya atas hal yang baik dan yang salah (Affandi, 2016).

3.       Pendidikan dalam lingkungan masyarakat

            Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang sama-sama hidup dalam satu wilayah tertentu yang berbeda satu sama lain dan menyadari sebagai kesatuan (Muslimin, 2004). Masyarakat adalah wadah terakhir atas berkembangnya perilaku dan kepribadian manusia dalam konteks pendidikan. Masyarakat mengajarkan apa yang ada dalam budayanya dengan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut. Apa yang dianggap luhur atau baik dalam sebuah masyarakat akan terus dilestarikan dalam pendidikan (Hidayati, 2016).

            Konsep pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara ini dipandang sangat ideal. Mungkin bila konsep ini berhasil diimplementasikan dapat membantu bangsa Indonesia dalam menghadapi masalah moralitas dari generasi muda (Darmawan, 2016). Perlu dimengerti bahwa ketiga lingkungan itu harus membentuk sebuah rantai yang menyambung satu sama lain. Ditambah, kontribusi tiap lingkungan diharapkan saling bahu membahu untuk menambah kemampuan anak didik. Hubungan antara ketiga hal ini digambarkan oleh Umar Tirtaraharja (2000):

 

Sumber : Pengantar pendidikan, Umar Tirtaraharja

Gambar.1 hubungan antara tripusat pendidikan dengan kegiatan pendidikan

Praktik tripusat pendidikan di Indonesia

            Konsep tripusat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara sebenarnya sudah diimplementasikan melalui program yang dibuat oleh Kemendikbud. Melalui Permendikbud nomor 20 (2018), program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah program pendidikan yang ada di sekolah yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa melalaui harmonisasi olah hati, rasam pikir, dan olahraga sesuai dengan falsafah Pancasila. Dalam menggapai tujuan tersebut, dibutuhkan kerja sama antara guru, keluarga, dan masyarakat. Program PPK ini adalah cerminan dari konsep tripusat yang dikeluarkan oleh Ki Hadjar Dewantara silam.

            Harapannya, dalam menjalankan PPK ini, masyarakat dan sekolah dapat menjunjung metode kolaboratif. Misalnya, sekolah bekerja sama dengan pusat kebudayaan, museum, dan tempat edukatif lainnya sebagai wahana rekreasi edukatif bagi anak didik (Jendela kemdikbud, 2021-November). Di sisi lain, bisa saja pihak sekolah melakukan kolaborasi dengan lembaga ataupun komunitas. Kolaborasi dengan masyarakat ini bertujuan untuk menyiapkan anak didik sejak dini dalam konteks penguatan pendidikan karakter sebelum pada dewasa turun ke masyarakat.

            Namun, program PPK ini tidak sepenuhnya merata di Indonesia, banyaknya faktor penghambat menjadikan hal ini tidak mudah dilakukan. Salah satu kendala yang paling masif berasal dari para peserta didik (Rosyida, 2019). Peserta didik sering kali untuk melanggar peraturan walaupun sebelumnya sudah diberi peringatan oleh guru. Faktor lain adalah banyak orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak memerhatikan perilaku anak di rumah. Tak bisa dipungkiri, fasilitas, akses, dan sumber daya turut serta menjadi faktor penghambat (Teropongbulusaraung, 2019-Maret).

            Meskipun demikian, masih ada banyak sekolah yang berhasil mengimplementasikan program PPK yang merupakan cerminan dari tripusat pendidikan. Salah satunya adalah sebuah sekolah dasar yang bertempat di Surabaya, SD Muhammadiyah 24 Surabaya. Sekolah dasar ini berhasil menerapkan program PPK melalui kegiatan-kegiatan sekolah yang memfokuskan penanaman karakter (Arif & Setiyowati, 2018).

            Kolaborasi tripusat pendidikan nyata terimplementasi di sekolah dasar ini. Di bidang akademik maupun nonakademik, anak didik berhasil dikontrol dalam proses perkembangan karakternya. Beberapa program yang dibuat oleh SD Muhammadiyah 24 Surabaya yang menjunjung konsep tripusat pendidikan atas dasar PPK (Arif & Setiyowati, 2018):

1.       Program mengaji tiap akhir pekan

            Program ini bertujuan untuk penguatan tahfidz anak didik, mengingat ini adalah sekolah islam. Wali murid dapat juga melihat perkembangan anaknya dengan mendampinginya ketika anak didik diberi jatah untuk mengaji.

2.       Program parenting

            Kegiatan ini adalah sebagai bentuk pembekalan diri kepada wali siswa dalam membantu kegiatan belajar mengajar di lingkungan masyarakat dan keluarga dengan mendatangkan narasumber yang fasih di bidangnya

3.       Peringatan hari besar

              Peringatan hari besar ini dilakukan sebagai pembelajaran di luar kelas dalam memperoleh pengetahuan dalam bersosialisasi. Anak didik diajak untuk pergi ke area umum untuk melakukan kegiatan kemasyarakatan, seperti bersih-bersih, perayaan kemerdekaan, dan sebagainya.

Apa yang menjadi rekomendasi

            Ulasan yang menganggap tripusat pendidikan belum diimplementasikan secara sempurna perlu dijadikan refleksi. Begitu banyak hal yang menjadi penghambat dalam implementasi konsep pendidikan ideal ini. Pemerintah melalui Kemendikbudristek dapat mulai dengan memperbaharui kebijakan agar lebih sesuai dengan zaman sekarang. Lalu bisa dimulai dengan pemantapan infrastruktur pendidikan. Mengingat infrastruktur pendidikan dalam pembelajaran daring pun tidak dapat menyanggupi tantangan keadaan (Jawapos, 2020-Desember).

            Selanjutnya pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan guru. Pemerintah belum memperhatikan kesejahteraan pendidik, gaji sebagai guru PNS saja masih kecil, apalagi guru honorer, menjadi seorang guru memiliki hidup yang jauh dari kata sejahtera (Mahmud, 2018). Ini adalah sebuah masalah dari dulu yang masih belum ditemukan solusinya, dari tahun ke tahun masih perlu dilakukan refleksi dan perbaikan dalam memecahkan masalah ini.

            Untuk para kepala sekolah dapat melakukan refleksi kepada SD Muhammadiyah 24 Surabaya yang berhasil melakukan implementasi konsep tripusat pendidikan. Dapat dilakukan dengan mencontoh ala kadarnya, atau bisa mengubahnya menjadi versi diri sendiri. Akan tetapi, yang menjadi induk atas program ini adalah anak didik. Anak didik harus menyadari pentingnya karakter dalam dirinya. Tentu saja itu tidak lepas dari bimbingan dari tripusat pendidikan.

KESIMPULAN

            Tripusat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara merupakan konsep pendidikan ideal yang seharusnya diimplementasikan langsung di Indonesia. Tripusat pendidikan mengambil simpulan bahwa perlu adanya keselarasan dalam penanaman karakter pada anak didik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui program Kemendikbud tahun 2018, tripusat pendidikan diwujudkan dalam program Pendidikan Penguatan Karakter (2018). Meskipun demikian, hal itu tidak sepenuhnya dapat dijalankan oleh sekolah-sekolah karena adanya faktor penghambat. Pemerintah dapat lebih menjalankan tripusat pendidikan apabila melakukan koreksi terhadap masalah yang ada dan juga menjadikan sekolah yang berhasil menerapkan sebagai contoh untuk sekolah lain.

SARAN

            Kelanjutan studi mengenai masalah ini masih perlu dilakukan lebih lanjut mengingat datanya yang bersifat sekunder dan kurang mendalam. Perlu dilakukan refleksi pada jurnal atau artikel yang membahas hal yang sama. Di lain hal, penerapan tripusat pendidikan sangat ideal jika diterapkan di Indonesia. Hal itu tentu saja akan menjadi membuat bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita bangsa yang tertulis pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat.


 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2004). Sosiologi pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.

Affandi, A. (2016). Dampak pemberlakuan undang-undang perlindungan anak terhadap guru dalam mendidik siswa. Jurnal Hukum Samudra Keadilan.

Anonim. (2019-Maret). Implementasi pendidikan karakter belum merata. Teropongbulusaraung. Dilansir dari https://teropongbulusaraung.com/implementasi-pendidikan-karakter-belum-merata/6567/ pada tanggal 11 Januari 2022.

Anonim. (2020-Oktober). Ini dia hasil survei PISA tentang kualitas pendidikan di Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Ayo menulis. Dilansir dari https://ayomenulis.id/artikel/ini-dia-hasil-survei-pisa-tentang-kualitas-pendidikan-di-indonesia-dalam-3-tahun-terakhir pada tanggal 10 Januari 2022.

Anonim. (2021-November). Pentingnya menghidupkan kembali tripusat pendidikan di lingkungan sekolah. Jendela kemdikbud. Dilansir dari https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/fokus/detail/pentingnya-menghidupkan-kembali-tripusat-pendidikan-di-lingkungan-sekolah pada tanggal 11 Januari 2022.

Arif, A. Z., & Setiyowati, A. (2018). Piagam debest: integrasi komitmen tripusat pendidikan untuk penguatan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah 24 Surabaya. ELSE (Elementary School Education Journal): Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 1(2b).

Darmawan, I Putu Ayub. (2016). Pandangan dan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantoro. Prosiding seminar nasional dan bedah buku. FKIP UKSW Salatiga.

Dewantara, Ki Hadjar. (1957). Masalah kebudajaan. Madjelis luhur persatuan taman siswa. Yogyakarta.

Fudyartanta. (1990). Buku ketaman siswaan. Balai pustaka. Yogyakarta. p. 39.

Kasih, Ayunda Pinita. (2021-November). 80 persen mahasiswa tidak bekerja sesuai jurusan kuliah. Kompas. Dilansir dari https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/09/095731171/80-persen-mahasiswa-tidak-bekerja-sesuai-jurusan-kuliah?page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Menteri%20Pendidikan%2C,bekerja%20sesuai%20dengan%20jurusan%20kuliahnya pada tanggal 10 Januari 2022.

Indonesia. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Lembaran negara RI tahun 2003 nomor 78, tambahan lembaran negara nomor 4301. Sekretariat negara. Jakarta.

Indonesia. Undang-undang nomor 20 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal. Berita negara tahun 2018 nomor 782. Kemendikbud. Jakarta.

Indonesia. Peraturan pemerintah nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar. Lembaran negara RI tahun 2008 nomor 90. Sekretariat negara. Jakarta.

Intan, Novita. (2021-Agustus). Sri Mulyani: pembangunan SDM jadi kunci kemajuan negara. Republika. Dilansir dari https://www.republika.co.id/berita/qx788d423/sri-mulyani-pembangunan-sdm-jadi-kunci-kemajuan-negara pada tanggal 10 Januari 2022.

Kurniawan, Machful I. (2015). Tri pusat pendidikan sebagai sarana pendidikan karakter anak sekolah dasar. Jurnal. Pedagogia ISSN 2089-3833 vol. 4 no. 1.

Mahmud, A. (2018). Guru tak boleh sejahtera-catatan dan refleksi seorang pendidik. Deepublish.

Makdori, Yopi. (2021-Juni). Nadiem: merdeka belajar dirancang berdasarkan kebutuhan anak sebagai pelajar. Merdeka. Dilansir dari https://www.merdeka.com/peristiwa/nadiem-merdeka-belajar-dirancang-berdasarkan-kebutuhan-anak-sebagai-pelajar.html pada tanggal 10 Januari 2022.

Mastuhu. (1994). Dinamika sistem pendidikan pesantren: suatu kajian tentang unsur dan nilai sistem pendidikan pesantren. Indonesian-Netherland. Jakarta.

Muslimin. (2004). Ilmu pendidikan. Institut agama Islam tribakti. Kediri.

Ningrum, E. (2016). Pengembangan sumber daya manusia bidang pendidikan. Jurnal Geografi Gea, 9(1).

Hidayati, N. (2016). Konsep integrasi tripusat pendidikan terhadap kemajuan masyarakat. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1).

Pramana, Edy., Saifan Zaking. (2020-Desember). Infrastruktur menjadi masalah utama dunia pendidikan di era pandemi. Jawapos. Dilansir dari https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/31/12/2020/infrastruktur-menjadi-masalah-utama-dunia-pendidikan-di-era-pandemi/ pada tanggal 11 Januari 2022.

Rosyida, Ruli Alfi Mei. (2019). Implementasi kebijakan pendidikan karakter dalam rangka mendukung gerakan PPK di SD Muhammadiyah 9 kota Malang. Tesis. Universitas Muhammadiya Malang.

Sujarwo, S. (2013). Pendidikan di Indonesia memprihatinkan. Jurnal Ilmiah WUNY, 15(1).

Tirtaraharja, Umar., dan Lasula. (1998). Pengantar pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.

Wilardjo, Setia Budhi. (2011). Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Vembriarto, ST. (1990). Sosiologi pendidikan. Andi offset. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar